Dzikir Yang Diajarkan dalam Islam Bagian 2

Beranda | Artikel

Dzikir Yang Diajarkan dalam Islam Bagian 2

Kamis, 31 Mei 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Dzikir Yang Diajarkan dalam Islam Bagian 2 merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc. MA. dalam pembahasan “العبودية (Al-Ubudiyah)” karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Kitab ini membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ibadah dan penghambaan diri. Kajian ini disampaikan pada 1 Ramadhan 1439 H / 17 Mei 2018 M.

Download kajian sebelumnya: Dzikir Yang Diajarkan dalam Islam

Kajian Tentang Dzikir Yang Diajarkan dalam Islam Bagian 2 – Kitab Al-‘Ubudiyah

Islam mensyariatkan ibadah-ibadah yang bisa dipahami maknanya oleh hati manusia, yang setiap kali dia melaksanakan ibadah itu akan menumbuhkan keimanan dan menguatkan tauhid. Penjelasan ulama ahli bahasa arab pun, mereka mengatakan bahwa yang dimanakan kalimat adalah kalimat yang sempurna. Kalimat yang mengandung arti yang bisa dipahami. Maka dari sinilah tidak benar jika seseorang mempelajari dzikir tententu namun dia tidak mngetahui artinya dan dia tidak berusaha. Tentu ini bukanlah dzikir yang manfaatnya maksimal. Bukan dzikir yang terpuji dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka semua dzikir yang disyariatkan didalam Islam adalah dzikir dengan kalimat yang sempurna dan bisa dipahami maknanya. Bukan hanya satu nama semata-mata seperti “Allah” atau “Dia”. Bahkan semua ibadah. Sampai-sampai disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ …

“..janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ..” (QS. An-Nisa`[4]: 43)

Ibadah disyariatkan untuk apa? kita mengerjakan dengan anggota badan, kita melafadzkan dzikir dengan lisan dan hati merenungkan. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh iman. Inilah penghambaan diri yang sejati. Ketika seseorang memuji Allah sedangkan hatinya tidak merenungkan makna pujian itu, seorang muslim membesarkan Allah namun dihatinya masih ada pengagungan yang berlebihan kepada makhluk, masih ada penyandaran hati kepada selain Allah, bagaimana caranya bersesuaian antara lisan dengan apa yang direnungkan didalam hati.